Era Baru Kebijakan Karbon Emisi di Indonesia Telah Diterapkan

https://sammitr.co.id/Era Baru Kebijakan Karbon Emisi di Indonesia  Telah Diterapkan


Emisi karbon telah menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia, dengan dampaknya yang dirasakan tidak hanya pada lingkungan hidup dan kesehatan manusia, tetapi juga menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan ekonomi, termasuk di Indonesia. Emisi karbon merujuk pada pelepasan gas-gas karbon ke atmosfer sebagai hasil dari berbagai kegiatan manusia atau alam. Gas-gas ini, terutama dioksida karbon (CO2) dan metana (CH4), berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Emisi karbon dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, proses industri, pertanian, dan limbah.

Ada banyak faktor penyebab emisi karbon di Indonesia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil dalam industri manufaktur, pemanasan, dan transportasi. Presiden Joko Widodo telah secara resmi mengesahkan Peraturan Presiden tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) di Indonesia, dengan target mengurangi emisi karbon sebanyak 41% pada tahun 2030, dengan dukungan internasional.

Dalam menghadapi hal ini, terdapat beberapa cara untuk mengurangi emisi karbon, seperti menggunakan transportasi umum, menggunakan lampu hemat energi, dan menambahkan insulasi pada bangunan. Sebuah laporan dari tim ilmuwan iklim internasional menyebutkan bahwa manusia melepaskan sekitar 40,6 miliar ton karbon pada tahun 2023, mengalami peningkatan sebesar 1,1% dibandingkan tahun 2022.

Menurut Arifin Tasrif, sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Menurutnya populasi motor ratusan juta unit berkontribusi sangat besar terhadap pencemaran udara lewat emisi karbon, dan jumlah yang dihasilkan dari roda dua saat ini mencapai 300 juta kilogram per hari.

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menunjukkan komitmennya dengan memberlakukan pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.2 Tahun 2023 mengenai pajak yang dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup. Dalam konteks jumlah emisi CO2 yang dilepaskan oleh manusia, dan emisi yang diserap oleh atmosfer melalui ekosistem laut dan darat, telah menyebabkan peningkatan kadar karbon di atmosfer, dengan tujuan mencegah kenaikan suhu bumi melebihi batas 1,5°.

Terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menanggapi perubahan terkait emisi karbon dalam sudut pandang customer, seperti :

1. Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan,

          Langkah pertama adalah secara perlahan mengubah cara kita membuat barang dengan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Ini mencakup penggunaan sumber energi terbarukan dan cara-cara hemat energi untuk membantu mengurangi jejak karbon dari operasional industri.

2. Pengelolaan Limbah dan Daur Ulang

          Berfokus pada cara kita membuang limbah dengan cara yang lebih baik. Praktek-praktek seperti mendaur ulang bahan yang kita gunakan dalam produksi bisa membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

3. Edukasi Karyawan dan Pelanggan

          Terus memberikan pengetahuan kepada karyawan dan pelanggan mengenai betapa pentingnya mengurangi jejak karbon. Bagikan informasi tentang produk yang ramah lingkungan dan cara efisien menggunakannya untuk menciptakan kesadaran yang lebih besar.

4. Pemantauan dan Pelaporan

         Terapkan sistem pemantauan dan pelaporan yang rutin untuk melacak dan melaporkan kemajuan dalam mengurangi emisi karbon serta dampak positifnya terhadap lingkungan.

Sedangkan dalam sudut pandang industri, terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk menanggapi perubahan terkait emisi karbon dan mendukung upaya membantu menangani emisi karbon di Indonesia :

1. Transisi ke Energi Terbarukan

           Transisi energi terbarukan melibatkan peralihan dari sumber energi berbasis bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi, dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan dan mengurangi dampak lingkungan yang terkait dengan produksi energi konvensional.

2. Efisiensi energi

         Hal ini melibatkan pengurangan penggunaan energi melalui perubahan perilaku, peningkatan operasional, dan solusi teknologi. Tujuannya adalah untuk melestarikan sumber daya alam, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan budaya penggunaan energi yang bertanggung jawab.

3. Pengelolaan Limbah

        Penanganan, pembuangan, daur ulang, dan pengolahan limbah yang sistematis yang dihasilkan oleh proses industri untuk meminimalkan dampak lingkungan.

4. Supply Chain Sustainability

          Memastikan bahwa pengadaan, produksi, dan distribusi barang dan jasa dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial. Salah satu caranya adalah dengan berkolaborasi dengan para pemasok untuk mengevaluasi dan meningkatkan keberlanjutan seluruh rantai pasokan. Industri juga harus mendorong pemasok untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan dan mengurangi jejak karbon mereka.

5. Environmental, Social, and Government (ESG) Integration

          Memasukkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola ke dalam strategi bisnis, proses pengambilan keputusan, dan pelaporan. Hal ini dapat meningkatkan keberlanjutan jangka panjang, mengurangi risiko, dan memenuhi harapan para pemangku kepentingan.

***